Minggu, 31 Mei 2009

kulap bophan 26 mei 2009

KULAP BOTANI PHANEROGAMAE, KEBUN RAYA BOGOR_TAMAN BUAH MEKARSARI

Rabu, hari ini bersama anak biologi lainnya, khususnya angkatan 2007 kelas A, B, C dan me (BS) mengadakan perjalanan kuliah lapangan botani phanerogamae ke Kebun Raya Bogor and Taman Buah MEKARSARI.

Benar-benar perjalanan yang sangad melelahkan ditambah dengan missed communication antara pihak travel dengan pihak guide. Panas teriknya bogor makin memperkacau suasana. Ya Allah, tabahkan hatikuw.. hehehehew, lebay sangadh.

Perkenalkan anggota kelompok kami dulu, kelompok 8 basic science, me is Nununk, Wichy, Ika and the last Debby. Di kebun raya kelompok kami ditugaskan khusus mencari tentang Moraceaem Dipterocarpaceae dan Euphorbiaceae. Hugh, Guidenya ngajak muter2. So, yang bukan tugas kami pun dijelasin, secara, sebelum pengarahan kami sudah memiliki bagian masing-masing yang sudah diberikan panitia acara. Iah, waktunya pun kami habisin buad muter-muter entah kezona mana. Khusus untuk kel 7 dan 8, dibagi kezona C. Zona C itu,khusus tanaman yang sudah dibagikan tadi. Di bagian ini, aku todak akan mengupas terlalu jauh tentang tugas ini. Jadi inget ih, nyari tumbuhan dengan perut kelaparan. Dari pagi gak dikasi makan ma panitia, ampe2 bu enci (dosen bophan upi) juga ikutan ngedumel. Kan kasian,,, dikasi makannya pas siang. Hugh, LAPER banged.

Selesai sholat dzuhur di kebun raya, qt semua siap-siap untuk mengikuti perjalanan selanjutnya ke Taman Buah Mekarsari. Aku berfikir, TAMAN BUAH.. pasti dunk banyak buahnya.. ternyata, setelah sampai sana, keadaanberbalik. Cuman ada pohonnya doank. Mana haus, cape.. campur aduk de. Plus kesel pastinnya.. e ampe sana, aku dapet tugas tentang taman mediterania. Tumbuhan-tumbuhan langka yang biasanya tumbuh di padang pasir tapi bisa juga yah tumbuh di taman ini. Huebat.. ada Cactaceae, and Palmaceae. Kurma. Lontar dan pohon sagu. Luar biasa, disamping taman ini ternyata ada rumah pohon, yauda, berlanjut ke foto-foto de ama teman-teman. Panas si.. haus!!! Gak da yang punya air. Tandas semua.. ooo my god.. haus!!!! Walopun gitu, eksis tetap no 1. Hehehe.. ne sedikit tentang tugas di taman mediterania, 2 genus dengan bermacam-macam varietas. Pi aku gak dapet tentang varietasnya..

Arecaceae

Suku pinang-pinangan atau Arecaceae merupakan sekelompok tumbuhan berbunga yang banyak anggotanya memiliki nilai penting dalam kehidupan manusia. Kelapa dikenal seluruh penduduk kepulauan tropika sebagai tumbuhan serba guna. Demikian pula enau dan pinang. Pemanfaatannya mencakup hampir semua bagian tumbuhan, namun terutama adalah buahnya. Masyarakat Indonesia, khususnya di Maluku, memanfaatkan tanaman ini sebagai makanan pokok yaitu sagu yang diambil dari batangnya jenis Metroxylon sago, hal ini merupakan keunikan tersendiri dalam hal makanan pokok masyarakat di dunia.Suwardi Hagani Suku ini dulu dikenal sebagai Palmae dan mencakup semua tumbuhan yang biasa disebut palma atau palem.

Anggota suku ini relatif mudah dikenali oleh orang awam. Biasanya berbentuk pohon, semak atau perdu dengan batang yang jarang bercabang dan tumbuh tegak ke atas. Tumbuh secara berbatang tunggal (umpamanya kelapa) dan juga ada yang berumpun (umpamanya salak). Beberapa anggotanya setengah merambat atau memanjat (umpamanya rotan).

Akarnya tumbuh dari pangkal batang, berbentuk silinder, kurang bercabang tetapi biasanya tumbuh banyak dan masif (padat). Akar palem biasanya menghunjam dalam ke tanah, sehingga mampu menopang batang yang tumbuh menjulang tinggi (hingga 20m atau bahkan lebih).

Batangnya beruas-ruas dan tidak memiliki kambium sejati. Bila diiris melintang, batangnya memperlihatkan saluran pembuluh yang menyebar di bagian dalamnya. Luka batang ini cenderung tidak tertutup kembali, justru malah membesar atau malah membusuk.Suwardi Hagani

Daun majemuk dan tersusun menyirip tunggal yang khas dan menjadi tanda pengenal yang paling mudah. Pada beberapa kelompok ditumbuhi duri. Tangkai daun dilengkapi pelepah daun yang membungkus batang.

Bunga tersusun dalam karangan yang bila masih muda terlindung oleh seludang bunga. Karangan bunga palem ini disebut mayang. Tangkai mayang ini bila dilukai akan mengeluarkan cairan manis yang disebut nira. Dalam karangan bunga ini terdapat bunga betina dan/atau bunga jantan. Jika keduanya ditemukan bunga betina terletak di bagian lebih pangkal. Orang Jawa menyebut bunga betina sebagai bluluk. Penyerbukan dilakukan oleh serangga atau burung.

Buahnya biasanya memiliki kulit luar yang relatif tebal, yang menutupi bagian dalam (mesokarpium) yang berair atau berserat. Biji dilindungi oleh lapisan buah bagian dalam (endokarpium) yang keras dan berkayu. Pada kelapa, lapisan ini disebut sebagai batok. Serat buah dikenal juga sebagai sabut. Di dalam batok terdapat biji yang ketika buah masih muda relatif cair dan berangsur-angsur membentuk endapan yang semakin lama mengeras. Endapan ini biasanya mengandung banyak lemak dan protein. Beberapa jenis masih menyisakan cairan di dalamnya. Cairan ini dapat diminum sebagai minuman penyegar (seperti pada kelapa dan siwalan).

Anggota-anggota penting

Berikut adalah sejumlah anggota Arecaceae yang penting atau dikenal dalam kehidupan manusia sehari-hari:

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/c/c5/ARENGA_PINNATA.JPG/180px-ARENGA_PINNATA.JPG

Pohon Enau

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/3/36/SALACCA_EDULIS.JPG/180px-SALACCA_EDULIS.JPG

Pohon Salak

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/b/b2/Palm_Raja.JPG/180px-Palm_Raja.JPG

Palem Raja

Kurma (pohon)

Date Palm

Kurma, Sinai, Mesir

Kurma, Sinai, Mesir

Status konservasi

Status konservasi: Aman

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan:

Plantae

Divisi:

Magnoliophyta

Kelas:

Liliopsida

Ordo:

Arecales

Famili:

Arecaceae

Genus:

Phoenix

Spesies:

P. dactylifera

Nama binomial

Phoenix dactylifera
L.

Kurma (Phoenix dactylifera) adalah sejenis tanaman palma yang banyak ditanam di Timur Tengah dan Afrika Utara karena buahnya dapat dimakan. Karena sejarah pembudidayaannya untuk diambil buahnya sudah lama sekali, asal-usulnya yang pasti tidak lagi diketahui, namun kemungkinan besar pohon ini berasal di oasis padang pasir di Afrika utara, dan barangkali juga di Asia barat daya. Pohonnya berukuran sedang, tingginya sekitar 15-25 meter, seringkali tumbuh bergerombol dengan beberapa batang pohon yang muncul dari satu akar yang sama, namun bisa juga tumbuh sendiri-sendiri.

Siwalan

Siwalan

Borassus flabellifer

Borassus flabellifer

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan:

Plantae

Divisi:

Angiospermae

Kelas:

Monocotyledoneae

Ordo:

Arecales

Famili:

Arecaceae (sin. Palmae)

Genus:

Borassus

Siwalan (juga dikenal dengan nama pohon lontar atau tal) adalah sejenis palma yang tumbuh di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di banyak daerah, pohon ini juga dikenal dengan nama-nama yang mirip seperti lonta (Min.), ental (Sd., Jw., Bal.), taal (Md.), dun tal (Sas.), jun tal (Sumbawa), tala (Sulsel), lontara (Toraja), lontoir (Ambon). Juga manggita, manggitu (Sumba) dan tua (Timor).[1]

B. flabellifer menjadi flora identitas Provinsi Sulawesi Selatan.


http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/01/Borassus_flabellifer.jpg/180px-Borassus_flabellifer.jpg

http://id.wikipedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png

Pohon palma yang kokoh kuat, berbatang tunggal dengan tinggi 15-30 m dan diameter batang sekitar 60 cm. Sendiri atau kebanyakan berkelompok, berdekat-dekatan.

Daun-daun besar, terkumpul di ujung batang membentuk tajuk yang membulat. Helaian daun serupa kipas bundar, berdiameter hingga 1,5 m, bercangap sampai berbagi menjari; dengan taju anak daun selebar 5-7 cm, sisi bawahnya keputihan oleh karena lapisan lilin. Tangkai daun mencapai panjang 1 m, dengan pelepah yang lebar dan hitam di bagian atasnya; sisi tangkai dengan deretan duri yang berujung dua.

Karangan bunga dalam tongkol, 20-30 cm dengan tangkai sekitar 50 cm.[2] Buah-buah bergerombol dalam tandan, hingga sekitar 20 butir, bulat peluru berdiameter 7-20 cm, hitam kecoklatan kulitnya dan kuning daging buahnya bila tua. Berbiji tiga butir dengan tempurung yang tebal dan keras.

Kegunaan

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/7/79/Lontar-kupang.jpg/180px-Lontar-kupang.jpg

Pohon-pohon siwalan di Nusa Tenggara Timur.

Daunnya digunakan sebagai bahan kerajinan dan media penulisan naskah lontar. Barang-barang kerajinan yang dibuat dari daun lontar antara lain adalah kipas, tikar, topi, aneka keranjang, tenunan untuk pakaian dan sasando, alat musik tradisional di Timor.

Sejenis serat yang baik juga dapat dihasilkan dengan mengolah tangkai dan pelepah daun. Serat ini pada masa silam cukup banyak digunakan di Sulawesi Selatan untuk menganyam tali atau membuat songkok, semacam tutup kepala setempat.[1]

Kayu dari batang lontar bagian luar bermutu baik, berat, keras dan berwarna kehitaman. Kayu ini kerap digunakan orang sebagai bahan bangunan atau untuk membuat perkakas dan barang kerajinan.

Dari karangan bunganya (terutama tongkol bunga betina) disadap orang nira lontar. Nira ini dapat dimasak menjadi gula atau difermentasi menjadi tuak, semacam minuman beralkohol buatan rakyat.

Buahnya juga dikonsumsi, terutama yang muda. Biji yang masih muda itu masih lunak, demikian pula batoknya, bening lunak dan berair (sebenarnya adalah endosperma cair) di tengahnya. Rasanya mirip kolang-kaling, namun lebih enak. Biji yang lunak ini kerap diperdagangkan di tepi jalan sebagai “buah siwalan” (nungu, bahasa Tamil). Adapula biji siwalan ini dipotong kotak-kotak kecil untuk bahan campuran minuman es dawet siwalan yang biasa didapati dijual didaerah pesisir Jawa Timur, Paciran, Tuban. Rasa minuman es dawet siwalan ini terasa lezat karena gulanya berasal dari sari nira asli.

Daging buah yang tua, yang kekuningan dan berserat, dapat dimakan segar ataupun dimasak terlebih dahulu. Cairan kekuningan darinya diambil pula untuk dijadikan campuran penganan atau kue-kue; atau untuk dibuat menjadi selai.

Ekologi dan penyebaran

Pohon ini terutama tumbuh di daerah-daerah kering. Di Indonesia, siwalan terutama tumbuh di bagian timur pulau Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Siwalan dapat hidup hingga umur 100 tahun atau lebih, dan mulai berbuah pada usia sekitar 20 tahun.

Rumbia

Rumbia

Kebun kiray. Darmaga, Bogor.

Kebun kiray.
Darmaga,
Bogor.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan:

Plantae

Divisi:

Magnoliophyta

Kelas:

Liliopsida

Ordo:

Arecales

Famili:

Arecaceae

Genus:

Metroxylon

Spesies:

M. sagu

Nama binomial

Metroxylon sagu

Sinonim

Metroxylon rumphii
M. squarrosum

Rumbia atau disebut juga (pohon) sagu adalah nama sejenis palma penghasil pati sagu. Nama-nama lainnya di pelbagai daerah di Sumatra dan Sulawesi adalah rumbieu, rembie, rembi, rembiau, rambia, hambia, humbia, lumbia, rombia, rumpia. Juga ripia, lipia, lepia, lapia, lapaia, hula atau huda (pada berbagai bahasa di Maluku); ambulung, bulung, bulu, tembulu (Jw.), bhulung (Md.), kiray (Sd.), dan lain-lain.

Dalam aneka bahasa asing dikenal sebagai sagu (Vietnam), sakhu (Thailand), sa:khu’u (Laos), dan Sago Palm (Ingg.). Sementara nama ilmiahnya adalah Metroxylon sagu.

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/83/Sago_Palm_Trees_ESP_PNG.jpg/180px-Sago_Palm_Trees_ESP_PNG.jpg

Belukar rumbia

Pohon palma yang merumpun, dengan akar rimpang yang panjang dan bercabang-cabang; tinggi tajuk 10 m atau lebih dan diameter batang mencapai 60 cm. Daun-daun besar, majemuk menyirip, panjang hingga 7 m, dengan panjang anak daun lk. 1.5 m; bertangkai panjang dan berpelepah.

Sebagaimana gebang, rumbia berbunga dan berbuah sekali (monocarpic) dan sudah itu mati. Karangan bunga bentuk tongkol, panjang hingga 5 m. Berumah satu (monoesis), bunga rumbia berbau kurang enak.

Ekologi dan penyebaran

Rumbia menyukai tumbuh di rawa-rawa air tawar, aliran sungai dan tanah bencah lainnya, di lingkungan hutan-hutan dataran rendah sampai pada ketinggian sekitar 700 m dpl. Pada wilayah-wilayah yang sesuai, rumbia dapat membentuk kebun atau hutan sagu yang luas.

Diperkirakan berasal dari Maluku dan Papua, sejak lama rumbia telah menyebar ke seluruh kepulauan Nusantara, yakni pulau-pulau Sunda Besar, Sumatra, Semenanjung Malaya, dan tak terkecuali di Filipina, kemungkinan karena dibawa oleh peradaban manusia. Kini rumbia telah meliar kembali di banyak tempat.

Kegunaan

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/27/Metrox_sagu_071124_1512_stbu.jpg/180px-Metrox_sagu_071124_1512_stbu.jpg

Daun dari pohon yang muda dipanen untuk membuat atap

Dari empulur batangnya dihasilkan tepung sagu, yang merupakan sumber karbohidrat penting bagi warga kepulauan di bagian timur Nusantara. Pelbagai rupa makanan pokok dan kue-kue diperbuat orang dari tepung sagu ini. Sagu dipanen tatkala kuncup bunga (mayang) telah keluar, namun belum mekar sepenuhnya. Umur panenan ini bervariasi menurut jenis kultivarnya, yang tercepat kira-kira pada usia 6 tahun.

Daun tua dari pohon yang masih muda merupakan bahan atap yang baik; pada masa lalu bahkan rumbia dibudidayakan (dalam kebon-kebon kiray) di sekitar Bogor dan Banten untuk menghasilkan atap rumbia ini. Dari helai-helai daun ini pun dapat dihasilkan semacam tikar yang disebut kajang. Daun-daunnya yang masih kuncup (janur) dari beberapa jenisnya dahulu digunakan pula sebagai daun rokok, sebagaimana pucuk nipah.

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b1/Rumbia_thatch_UN_071121-1327_stbu.jpg/180px-Rumbia_thatch_UN_071121-1327_stbu.jpg

Atap rumbia

Umbutnya, dan juga buahnya yang seperti salak, dimakan orang. Tempayak dari sejenis kumbang, yang biasa hidup di batang dan umbut rumbia yang mati, disukai orang -dari Jawa hingga Papua- sebagai sumber protein dan lemak yang gurih dan lezat.