Rabu, 03 Juni 2009

Embriologi Hewan (Siklus Estrus)

LAPORAN EMBRIOLOGI HEWAN (II)

SIKLUS ESTRUS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Embriologi Hewan

Diajukan oleh:

NUNUNG HAERANI (0708802)

PRODI BIOLOGI C

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2008

APUSAN VAGINA PADA MENCIT

A. WAKTU PELAKSANAAN

Hari, Tanggal : Senin, 23 Februari 2009.

Waktu : 13. 00 - selesai

Tempat : Lab Stuktur Hewan, FPMIPA UPI.

B. LANDASAN TEORI

Sistem reproduksi memiliki 4 dasar yaitu untuk menghasikan sel telur yang membawa setengah dari sifat genetik keturunan, untuk menyediakan tempat pembuahan selama pemberian nutrisi dan perkembangan fetus dan untuk mekanisme kelahiran. Lokasi sistem reproduksi terletak paralel diatas rektum. Sistem reproduksi dalam terdiri dari ovari, oviduct, dan uterus (Shearer, 2008).

Ovari merupakan organ reproduki yang penting. Terdapat dua ovari yaitu sebelah kanan dan kiri. Besarnya sekitar 1,5 inci dengan tebal sekitar 1 inci dan terletak di dalam suatu membran seperti kantungn ovarian bursa. Ovari bertanggung jawab pada sekresi hormon estrogen dan progesterone dan produksi telur yang baik untuk dibuahi. Telur-telur mulai matang di ovari dalam suatu cairan berisi folikel. Pertumbuhan folikel diatur oleh hormon pituitary, yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH). Selanjutnya sel yang mana dibatasi oleh folikel dan dikelilingi sel telur akan mensekresikan estrogen untuk merespon jumlah hormone pituitary hormone lainnya meningkat yaitu Luteinizing Hormone (LH). Jumlah estrogen mencapai maksimum pada saat fase standing heat. Diikuti dengan meningginya LH pada telur yang dilepaskan dari folikel dan ovulasi yang terjadi (Shearer, 2008).

Oviduct merupakan tabung panjang yang menghubungkan ovari dengan uterus. Di ujung terdekat ovari, oviduct dilebarkan ke dalam infundibulum. Selama fase estrus, posisi infundibulum mengelilingi ovari untuk menjaga sel telur yang terovulasi di dalam oviduct. Oleh karena itu, di dalam oviduct, sel telur berjalan ke arah uterus (Shearer, 2008).

Uterus berbentuk Y terdiri dari kanan dan kiri yang terhuung pada oviduct. Jalan dai kedua tanduknya membentuk tubuh uterus. Uterus berfungsi untuk membawa sel sperma menuju oviduct dan membawa nutrisi dan menyediakan tempat untuk perkembangan janin. Pada anak sapi dinding muskular uterus mempunyai kemampuan untuk ekspulsi pada janin (Shearer, 2008).

Saluran terdepan sistem pembiakan betina berada di antara vestibule genitalia luar dan servix. Dinding terdiri dari tiga lapis yaitu mukosa, otot polos, dan jaringan ikat. Lapisan mukosa terdiri dari epitel dan lamina propria. Sel epitel beberapa lapis dan terluar menggepeng. Dalam keadaan normal, lapisan epitel ini tak menanduk pada Primata, tetapi menanduk pada rodentia ( mencit ). Pada rodentia sel-sel epitel menanduk (kornifikasi) ini dijumpai pada waktu dilakukan apusan vagina.

Dalam vagina tak ada kelenjar, yang membasahi berasal dari lendir cervix. Hanya di vestibule genitalia luar terdapat kelenjar. Lamina propria kaya akan pembuluh darah, ketika rangsangan sex waktu coitus terjadi, darah ini sumber cairan yang membasahi vagina. Lapisan otot terdiri dari berkas yang melingkar dan memanjang serta dekat lubang ke luar, ada sedikit otot lurik berupa cincin.

Cairan dalam vagina itu asam, meski asalnya di cervix basa. Ini karena fermentasi bakteri terhadap glikogen dalam lendir cervix itu. Karena Ph-nya yang rendah ini maka rongga vagina tidak menguntungkan bagi semen.

Mencit (mus musculus) tergolong hewan mamalia yang sering digunakan pada percobaan-percobaan di laboratorium Embriologi, pada percobaan yang memerlukan proses perkawinan perlu diketahui saat yang tepat waktu mengawinkan agar pembuahan (fertilisasi) berhasil. Mencit dewasa yang siap kawin berumur 6-8 minggu. Pada binatang betina yang memiliki siklus estrus (mencit, kucing, anjing, marmot, babi, dsb). Waktu yang tepat mengawinkan yaitu pada salah satu fase siklus estrus (fase birahi/estrus). Fase estrus merupakan suatu fase yang di tandai dengan adanya rasa ingin membiak (berahi) yang datang secara berkala bagi betinanya.

Pada fase ini, seluruh bagian sistem reproduksi mengalami perubahan berkala. Prinsipnya, menyesuaikan diri dengan daur yang dialami alat kelamin primer, yaitu ovarium. Pada suatu ketika dalam fase itu, ovarium menghasilkan banyak estrogen, dan ini mempengaruhi saluran serta kelenjar sekunder. Pada saat menjelang ovulasi, lapisan mukosa vagina jadi menebal dan di bagian lumen terdapat banyak glikogen. Penebalan epitel lapisan mukosa vagina itu disertai pula dengan proses penandukan (kornifikasi), lalu mengelupas dan jatuh pada lumen. Dalam analisa usapan vagina ditemukannya sel-sel epitel yang menanduk sebagai indikator pula akan ovulasi.

Menjelang ovulasi, leukosit semakin banyak menerobos lamina propria terus ke lumen. Belum jelas apakah leukosit ini berperan sebagai perintang arus semen atau justru sebagai pelindung dari bakteri. Pada fase lutein, berhubung dengan naiknya kadar progesteron sifatnya ialah menekan pertumbuhan epitel. Karena itu, lapisan mukosa jadi tipis dan lapisan menanduk hilang.

Menurut Papanicolaou (1945), usapan vagina ditambah dengan usapan cervix dan endometrium dapat menunjukkan waktu ovulasi secara persis sekaligus juga untuk diagnosa lainnya. Hal ini dilakukan pada rodentia yaitu mencit salah satunya.

Siklus estrus adalah waktu antara periode estrus. Betina memiliki waktu sekitar 25-40 hari pada estrus pertama. Mencit merupakan poliestrus dan ovulasi terjadi secara spontan.durasi siklus estrus 4-5 hari dan fase estrus sendiri membutuhkan waktu. Tahapan pada siklus estrus dapat dilihat pada vulva. Fase-fase pada siklus estrus diantaranya adalah estrus, metestrus, diestrus, dan proestrus. Periode-periode tersebut terjadi dalam satu siklus dan serangkaian, kecuali pada saat fase anestrus yang terjadi pada saat musim kawin (Nongae, 2008).

Fase proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan berhentinya progesteron dan memperluas untuk memulai estrus. Pada fase ini terjadi pertumbuhan folikel yang sangat cepat. Akhir periode ini adalah efek estrogen pada sistem saluran dan gejala perilaku perkembangan estrus yang dapat diamati (Nongae, 2008). Menurut Shearer (2008), fase proestrus berlangsung sekitar 2-3 hari dan dicirikan dengan pertumbuhan folikel dan produksi estrogen. Peningkatan jumlah estrogen menyebabkan pemasokan darah ke sistem reproduksi untuk meningkatkan pembengkakan sistem dalam. Kelenjar cervix dan vagina dirangsang untuk meningkatkan aktifitas sekretori membangun muatan vagina yang tebal.

Fase estrus merupakan periode waktu ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan melakukan perkawinan. Ovulasi berhubungan dengan fase estrus, yaitu setelah selesai fase estrus (Nongae, 2008). Pada fase ini estrogen bertindak terhadap sistem saraf pusat. Selama fase ini sapi menjadi sangat kurang istirahat yang kemungkinan dapat kehilangan dalam memperoduksi susu selama fase ini berlangsung. Pasokan darah ke dalam sistem reproduksi meningkat dan sekresi kelenjar dirangsang dengan membangun viscid mucus yang dapat diamati pada vulva. Kira-kira setelah 14-18 jam, fase estrus mulai berhenti. Selanjutnya betina tidak mengalami ovulasi hingga setelah fase estrus (Shearer, 2008).

Fase metestrus diawali dengan penghentian fase estrus Umumnya pada fase ini merupakan fase terbentuknya corpus luteum sehingga ovulasi terjadi selama fase ini. Selain itu pada fase ini juga terjadi peristiwa dikenal sebagai metestrus bleeding (Nongae, 2008).

Fase diestrus merupakan fase corpus luteum bekerja secara optimal. Pada sapi hal ini di mulai ketika konsentrasi progresteron darah meningkat dapat dideteksi dan diakhiri dengan regresi corpus luteum. Fase ini disebut juga fase persiapan uterus untuk kehamilan (Nongae, 2008). Fase ini merupakan fase yang terpanjang di dalam siklus estrus. Terjadinya kehamilan atau tidak, CL akan berkembang dengan sendirinya menjadi organ yang fungsional yang menhasilkan sejumlah progesterone. Jika telur yang dibuahi mencapai uterus, maka CL akan dijaga dari kehamilan. Jika telur yang tidak dibuahi sampai ke uterus maka CL akan berfungsi hanya beberapa hari setelah itu maka CL akan meluruh dan akan masuk siklus estrus yang baru (Shearer, 2008).

Ciri- ciri lain dari siklus estrus pada mencit adalah pada fase diestrus, vagina terbuka kecil dan jaringan berwarna ungu kebiruan dan sangat lembut. Pada fase proestrus, jaringan vagina berwarna pink kemerahan dan lembut. Pada fase estrus, vagina mirip dengan pada saat fase proestrus, namun jaringannya berwarna pink lebih terang dan agak kasar. Pada fase metestrus 1, jaringan vagina kering dan pucat. Pada metestrus II, vagina mirip metestrus 1 namun biobir vagina edematous (Hill, 2006).

Regulasi pada siklus estrus melibatkan interaksi resiprokal antara hormon reproduksi dari hypothalamus, anterior pituitry, dan sel-sel telur. Interaksi antara uterus dengan sel-sel telur juga penting. PGF2 dari uterus merupakan luteolysin alami yang menyebabkan regresi corpus luteum dan penghentian produksi progesteron (Nongae, 2008).

Progesteron memiliki peranan dominan dalam meregulasi siklus estrus. Selama fase diestrus corpus luteum yang bekerja dengan optimal, konsentrasi progesteron yang tinggi menghambat pelepasann FSH dan LH melalui kontorl umpan balik negatif dari hypothalamus dan anterior pituitary. Progesteron juga menghambat perilaku estrus. Diharapkan pada kondisi kehamilan , konsentrasi progesterone yang tinggi menghambat pelepasan hormon gonadotropin sebaik menghambat perilaku estrus penigkatan kecil pada LH yang terjadi selama fase diestrus merupakan faktor untuk mempertahankan fungsi corpus luteum. Pada pertengahan fase diestrus meningkatkan pertumbuhan folikel dan estrogen, yang dididahului dengan menigkatnya FSH, yang sebenarnya merupakan perubahan kecil jika dibandingkan pada perubahan yang terjadi selama fase estrus. Jika betina tidak mengalami kehamilan selama fase awal estrus, PGF2 akan dilepaskan dari uterus dan dibawa menuju ovari (Nongae, 2008).

Panjang siklus estrus pada mencit betina antara 4-5 hari. Siklus estrus terbagi atas 4 fase yaitu pro estrus, estrus, meta estrus, dan di estrus. Setiap fase estrus dapat diketahui dengan membuat preparat apusan vagina. Ciri-ciri pengenal pada setiap fase sebagai berikut :

1. Pro-estrus

§ Bentuk sel epitel bulat dan berinti.

§ Leukosit tidak ada atau sedikit.

2. Estrus

§ Sel epitel menanduk sangat banyak

§ Sel epitel dengan inti berdegenerasi

3. Meso-estrus

§ Sel epitel menanduk sedikit

§ Leukosit banyak

4. Di-estrus

§ Sel epitel yang berinti sedikit

§ Leukositnya banyak

§ Terdapat mucus/lendir.

Terdapat macam-macam bentuk sel pada apusan vagina yang dapat dibedakan dengan memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut ;

1. Sel epitel

Bentuk bulat, lonjong atau poligon, sitoplasmanya banyak dengan inti terletak di tengah.

2. Sel epitel menanduk (kornifikasi)

Sel yang paling besar pada apusan vagina, bentuk selnya pipih dengan tepi tidak rata dan tidak berinti

3. Sel leukosit

Ukuran selnya kecildan bentuk nukleus polimorfi

Pada hewan primata termasuk manusia siklus reproduksi tidak disebut siklus estrus tapi dinamakan siklus menstruasi. Pada hewan yang mengalami siklus estrus, maka perubahan struktur tidak hanya pada organ vagina tetapi juga pada organ ovarium atau uterus. Oleh karena itu, pada organ-organ itu terdapat siklus vagina, siklus etsrus, dan siklus ovarium yang saling berhubungan. Disamping itu pula, siklus estrus diatur oleh hormon-hormon gonadotropin, estrogen, dan progestoron.

C. TUJUAN

1. Membedakan kondisi dan warna vagina pada berbagai fase siklus estrus.

2. Membuat preparat apusan vagina.

3. Membedakan sel epitel, epitel bertanduk dan sel leukosit pada apusan vagina.

4. Menentukan fase-fase siklus estrus berdasarkan data pengamatan.

D. ALAT DAN BAHAN

1. Alat :

· Mikroskop

· Kaca arloji

· Objek glas

· Cover glas

· Pipet

2. Bahan

· Mencit betina umur 6 minggu

· Larutan NaCl 0,9 %

· Larutan metilen blue

· Entelan

E. CARA KERJA

1. Ambil seekor mencit, kemudian pegang dengan tangan kiri, ibu dan telunjuk jari memegang tengkuknya atau leher dorsal.

2. Dengan jari tengah, jari manis, dan kelingking memegang badan dan ekor.

3. Bagian vaginadisemprotkan NaCl 0,9% menggunakan pipet yang tumpul, kemudian dihisap 3 sampai 4 kali dengan hati-hati dan perlahan-lahan.

4. Cairan pada pipet dari hasil penyemprotan/pengisapan berwarna keruh, kemudian teteskan pada objek glas 1 sampai 2 tetes. Biarkan sampai kering.

5. Tetesi dengan larutan pewarna metilen blue 1%. Biarkan 5 sampai 10 menit.

6. Amati dibawah mikroskop. Bila zat warna berlebih, bilas dengan air dengan cara meneteskan air.

7. Tutup dengan glas penutup (entel).

F. HASIL PENGAMATAN

Pada praktikum apusan vagina mencit, pengamatan dibawah mikroskop cahaya tidak terlihat jelas. Tetapi, bisa dibedakan berdasarkan teori dan penjelasan dosen. Berikut foto yang kami ambil dari pengamatan :

1. Fase proestrus

Rounded Rectangle: leukosit

2. Fase estrus

Rounded Rectangle: Sel kornifikasi

3. Fase mesoestrus / met-estrus

4. Fase diestrus

G. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini adalah mengamati fase-fase pembiakan (estrus) pada hewan mammalia, mencit salah satunya. Mencit yang digunakan adalah mencit betina yang dewasa yang siap kawin (pembiakan/berahi) yaitu berumur 6 minggu. Fase pembiakan atau berahi ini datang secara rutin pada hewan betina yang dikenal dengan daur atau siklus estrus.

Banyak hewan yang mengalami daur estrus sekali setahun, disebut Monoestrus. Terdapat pada hewan rusa, kijang, harimau, serigala, kucing hutan, dsbnya. Ada pula yang memiliki daur beberapakali setahun disebut Polyestrus. Terdapat pada hewan Rodentia (mencit) dan hewan yang sudah turun temurun dipiara yaitu kucing dan anjing.

Mencit memiliki masa estrus selama 4-5 hari. Siklus estrus, terutama yang polyestrus dapat dibedakan menjadi 4 fase yaitu Proestrus, Estrus, Met-estrus dan Di-estrus.

Proestrus ialah periode pertama pertumbuhan folikel dan dihasilkannya banyak estrogen. Estrogen ini merangsang pertumbuhan seluler pada alat kelamin tambahan, terutama pada vagina dan uterus. Fase ini ditandai dengan banyaknya sel epitel yang bulat dan berinti. Selain itu, pada fase ini juga terdapat sedikit sel kornifikasi dan leukosit.

Estrus merupakan klimaks fase folikel. Pada fase inilah, betina siap menerima jantan dan pada saat ini pula terjadi ovulasi (kecuali pada hewan yang memerlukan rangsangan sexuil lebih dulu untuk terjadinya ovulasi). Waktu ini betina jadi berahi atau panas. Pada apusan vagina mencit, fase ini ditandai dengan adanya sel kornifikasi atau sel epitel menanduk yang sangat banyak. Sel epitel dengan inti berdegenerasi.

Meso-estrus atau met-estrus adalah perpanjangan dari fase estrus. Pada apusan vagina, fase ini ditandai dengan jumlah sel leukosit yang paling banyak dibandingkan dengan jumlah sel yang lain. Disini, juga ditemukan sel kornifikasi.

Terakhir adalah fase Di-estrus, yaitu suatu fase istirahat dan tenang. Fase ini ditandai dengan jumlah leukosit, sel epitel menanduk sedikit. Ciri khas dari fase ini adalah terdapat mucus atau lendir.

H. KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan dan referensi yang kami dapatkan, kami dapat menyimpulkan bahwa :

1. Untuk mengetahui perkembangan fase estrus adalah dengan tekhnik apusan vagina (smear vagina).

2. Mencit memiliki 4 fase pembiakan (estrus) yaitu proestrus, estrus, meso-estrus dan di-estrus.

3. Proestrus ditandai dengan sel epitel berinti dengan jumlah yang banyak.

4. Estrus merupakan fase ovulasi yang ditandai dengan adanya sel kornifikasi (sel epitel menanduk) yang sangat banyak dan sel leukosit serta epitel berinti berjumlah sedikit.

5. Meso-estrus di tandai dengan adanya sel leukosit yang banyak.

6. Di-estrus memiliki ciri khas yaitu terdapat mucus atau lendir.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. [online] : http://syl4r.blogspot.com/2009/01/analisis-estrus.html

Machmudin, Dadang dan tim. 2008. Embriologi Hewan. Bandung : Biologi FPMIPA UPI

Nongae. 2008. Estrus Cycle. http://nongae.gsnu.ac.kr/~cspark/teaching/chap5.html. Tanggal akses 10 Mei 2008

Shearer, J. K. 2008. Reproductive Anatomy and Physiology of Dairy Cattle. Florida : University Of Florida.

Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embryologi untuk Mahasiswa Biologi dan Kedokteran. Bandung : Tarsito



2 komentar:

  1. Terimakasih sebelumnya karena artikel ini sgt bermanfaat utk skripsi saya.
    Yang ingin saya tanyakan :
    1. Jika setelah perkawinan mencit 17 jam/keesokan paginya tidak terlihat sumbat vagina/vaginal plug, apakah itu normal dan dapat terjadi kebuntingan ?

    2. Jika saya memberikan preparat hormon PMSG dan hCG untuk superovulasi pada mencit sebelum dikawinkan, pada fase apakah sebaiknya saya lakukan superovulasi tersebut ???
    dan tolong berikan alasannya.

    terimakasih.

    Tolong kirim jawaban via email :
    cgs_tasya@yahoo.com

    Terimakasih.

    BalasHapus
  2. saya sedang mencoba mengawinkan mencit untuk TA saya tapi ketika dibuat apusan vagina nya aga sulit untuk menentukan fase estrusnya. bolehkan saya mendapatkan gambar hasil apusan vagina mencit pada tiap fase estrus nya? karena selama ini saya belum mendapatkan gambar yang jelas.

    terimaksih atas bantuannya
    tolong kirim jawaban via email
    silvia.ningrum@gmail.com

    BalasHapus